Tuesday, 6 January 2015
Kisah Laura, Pramugari yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat
Kecelakaan pesawat Lion Air JT 538 pada 2004, korban tewas 34 orang.
Tubuh Laura Lazarus (29) pernah dikumpulkan bersama jenazah korban musibah pesawat Lion Air di bandara Adi Sumarmo, Solo 30 November 2004. Suara rintihannya sayup-sayup sempat terdengar petugas yang merapikan korban tewas kala itu.
Laura Lazarus, mantan pramugari Lion Air itu menceritakan bagaimana ia tidak bisa dengan mudah melupakan kecelakaan tersebut. Dia juga harus mengalami hidup cacat dan harus dioperasi 17 kali karena kecelakaan di Solo itu. Kecelakaan pesawat Lion Air JT 538 menyebabkan korban tewas 34 orang.
"Aku dulu hanya bisa terbang dengan sayap yang terbuat dari besi, tapi suatu ketika sayap itu patah dan aku benar-benar merasa kehilangan. Sayapku sudah benar-benar patah dan tidak seperti yang aku harapkan... tetapi Dia memberiku sepasang sayap yang baru...Sekarang aku dapat terbang jauh lebih tinggi dari sebelumnya," kata Laura dalam bukunya, "Unbroken Wings."
Laura butuh penyembuhan selama dua bulan. Selain itu, dia juga harus mengalami trauma yang berkepanjangan. Namun dia tak kalah dengan keadaan, dia bangkit dan kini menjadi seorang penulis, penyanyi, motivator dan mendirikan Growing Publishing.
"Masih ada rasa takut, setiap kali mengalami turbulence rasa hati bergetar.
Kecelakaan pertama tidak mengalami luka, saya mengerti, ilmu yang saya pelajari sangat perlu untuk mengevakuasi penumpang dan semuanya selamat," katanya.
Kecelakaan Kedua
Tapi pada kecelakaan kedua Laura mengalami luka parah, dia tidak dapat bergerak dan terlempar bersama kursinya. Dia tak bisa menolong dan hanya mendengar teriakan penumpang pada kecelakaan Lion Air di bandara Adi Sumarmo, Solo 30 November 2004.
"Tidak mudah jadi kru pesawat, apalagi mengalami kecelakaan, ini tidak mudah. Tapi buat saya pesawat adalah transportasi paling aman, dibanding dengan yang terjadi di darat, 10.000 berbanding satu. Jadi jauh lebih aman," katanya.
Bagi Laura, kejadian yang menimpanya tidak mudah dilupakan, sampai sekarang dia harus menjalani pengobatan. Selama enam bulan pertama dia tidak bergerak dan hanya di ranjang, apalagi harus menjalani operasi sebanyak 17 kali.
"Badan saya banyak jahitan, sekarang masih harus berobat karena tulang kaki saya keropos," katanya.
Menurut Laura, apa yang dialami keluarga penumpang AirAsia tidaklah mudah. Dia memahami betul apa hati keluarga yang mengalami kecelakaan ini.
"Kami seluruh rakyat Indonesia, saya juga merasakan. Keluarga korban tidak sendirian, kami turut mendoakan, saya percaya masih ada rencana yang indah," katanya.
Laura juga menyampaikan, bahwa tidak ada pihak yang ingin yang mengalami kecelakaan ini. Dia juga percaya maskapai penerbangan tidak ingin juga ada kecelakaan.
"Kita seluruhnya, penumpang harus saling mengingatkan. mengikuti peraturan yang ada, saya percaya pihak penerbangan akan menengakkan standar keamanan yang lebih lagi. Dari pada mencari kambing hitam lebih baik mencari kotak hitam," katanya. (ren)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
LEIDEN IS LIJDEN: BELAJAR LEADERSHIP DARI KELUARGA KECIL IBRAHIM A.S
Hisahito Rahmat Dakwansyah Ketika kita bicara kepemimpinan, pikiran kita sering melayang pada sosok yang memimpin negara, memenangi pepera...

-
Koperasi Merah Putih Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong. Di Indonesia, koperasi...
-
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa Kang Dedi, lahir pada 11 April 1971 di Sukasari, Subang, Jawa Barat...
No comments:
Post a Comment