![]() |
Muhammad Qosim figur yang kontroversial dalam dunia Islam modern |
Dalam dunia Islam modern, kita sering menemukan tokoh-tokoh yang muncul dengan pesan dakwah yang tidak biasa. Salah satu sosok yang menarik perhatian banyak orang dalam beberapa tahun terakhir adalah Muhammad Qosim bin Abdul Karim—seorang pria asal Pakistan yang mengaku mendapatkan serangkaian mimpi ilham sejak masa remajanya.
Siapa sebenarnya Muhammad Qosim? Apa isi dari mimpi-mimpinya? Dan bagaimana umat Islam menyikapi fenomena ini?
Mimpi-Mimpi yang Menggemparkan
Muhammad Qosim mulai dikenal luas sekitar tahun 2017, ketika mimpi-mimpinya mulai disebarkan melalui media sosial dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Dalam pengakuannya, Qosim menyatakan bahwa ia telah melihat Nabi Muhammad SAW dan bahkan mendengar suara Allah dalam mimpinya. Ia percaya bahwa mimpi-mimpinya adalah peringatan dari Tuhan untuk umat manusia.
Isi dari mimpi-mimpi tersebut sangat beragam, namun memiliki tema-tema besar yang konsisten, seperti:
-
Kebangkitan umat Islam setelah masa-masa kelam
-
Peran penting Pakistan, Turki, dan wilayah Timur Tengah dalam perubahan global
-
Konflik geopolitik dan kehancuran dunia, yang menjadi latar kebangkitan spiritual Islam
-
Arahan dan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW, yang diklaim disampaikan melalui mimpi
Menurut Qosim, semua ini bukanlah wahyu seperti yang diterima para nabi, tapi ilham melalui mimpi yang ia yakini sebagai bentuk peringatan akhir zaman.
Mimpi dalam Tradisi Islam
Dalam Islam, mimpi memang memiliki tempat tersendiri. Terdapat banyak hadis yang menyebutkan bahwa mimpi orang beriman bisa menjadi bagian dari wahyu kecil atau “ru'ya shadiqah”. Salah satu hadis terkenal menyatakan:
"Mimpi yang baik adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian."(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Namun, para ulama sepakat bahwa mimpi bukan sumber hukum Islam. Mimpi tidak bisa menjadi dalil untuk menetapkan aqidah atau syariat, apalagi untuk mengklaim kedudukan khusus dalam agama.
Pro dan Kontra di Tengah Umat
Fenomena Muhammad Qosim memunculkan reaksi yang beragam. Sebagian orang merasa tersentuh dan mempercayai pesan-pesan mimpi tersebut. Mereka menyebarkan konten Qosim, membuat subtitle dalam berbagai bahasa, bahkan membentuk komunitas yang aktif berdiskusi tentang tafsir mimpinya.
Namun, banyak pula yang menanggapinya dengan skeptis. Ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai kalangan mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak pada fenomena personal yang tidak didukung dalil syar’i. Fokus umat seharusnya tetap pada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan pada klaim-klaim mimpi seseorang, sebaik apa pun maksudnya.
Menyikapi dengan Bijak
Dalam menyikapi Muhammad Qosim dan mimpinya, penting bagi kita untuk bersikap adil dan kritis. Tidak perlu tergesa-gesa menyalahkan, namun juga tidak boleh serta merta menerima tanpa dasar. Islam adalah agama yang rasional, dengan landasan yang kokoh dari wahyu, bukan mimpi.
Mimpi bisa menjadi inspirasi pribadi, tapi bukan pegangan untuk umat secara kolektif.
Penutup
Muhammad Qosim adalah salah satu dari sekian banyak tokoh yang muncul dengan narasi spiritual di era digital. Meskipun pesan-pesannya menyentuh tema kebangkitan Islam dan masa depan dunia, umat Islam tetap perlu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai kompas utama dalam menjalani kehidupan dan memahami petunjuk Allah.
Mimpi mungkin bisa menjadi bagian dari perjalanan spiritual seseorang. Namun dalam perkara agama, kita selalu diajarkan untuk berpegang pada ilmu yang pasti, bukan pada hal yang ghaib dan sulit diverifikasi.
No comments:
Post a Comment