Monday, 24 November 2014

SI "MISKIN " jangan "MATI" di Wilayah IBU Kota

Ironis memang , apa yang saya lihat dan saya rasakan , Saya di lahirkan di Kota Bekasi 31 Tahun yang lalu tepatnya salah satu kelurahan di Kecamatan Pondok gede, saya adalah salah satu pemuda yang aktive dalam kegiatan-kegiatan sosial bahkan selalu berperan aktive dalam hajat negera seperti Pemataan yang di lakukan BPS dan Sebagai Root Dari KPU ketika PILKADA atau PILEG Dan PILPRES. 

Sdh cukup ah mempromosikan diri saya, sesuai judul yang saya buat,  pengalaman yang real saya buat , sebuah kenyataan dimana adat isti adat di jadikan kewajiban yang dimana tokoh masyarakat tersebut menyambungkan-nyambungkan adat isti adat atau kebiasaan yang tidak di wajibkan oleh agama  menjadi sebuah kewajiban dimana biaya yang di timbulkan untuk merealisakian adat tersubut sangatlah mahal  contoh :

1.  Kalo Mau dsholatkan Sholatkan Keluarga Si mayat Harus Punya Uang

Waktu Nenek saya meninggal 2009 Silam, tokoh masyarakat di daerah saya langsung tidak malu malu mematok. bahwa untuk biaya menyolatkan agar si mayat banyak yang menyolatkan harus ada kontribusi yang mesti di bayar  dengan rincian sebagai berikut :
  • Ustad yang sdh di anggap tokoh masayarakat : Minimal Rp. 250.000 / Orang
  • Ustad Biasa Yang biasa mengisi majlis taklim dan memimpin Tahlil Rp. 100.000
  • Peserta Yang datang Rp. 20.000 / Orang
Wowwww Fantastic Bukan !! Kali kan saja Berapa Jumlah Orang yang di rekomendasi / yang di undang oleh tokoh masyarakat yang megang "Tender " Menyolatkan si mayat. 

Lalu Bagai Mana Dengan si Mayat  yang berasal dari keluarga tidak mampu :
  • Yang menyolatkan sedikit
  • Tidak perlu lama menunggu di masjid/ di tempat menyolatkan karena menunggu ustad senior yang biasa datang terlambat.
  • Nah di sini agan bisa lihat orang orang ikhlas

2. Tahlilan 1-7 hari, 14 hari, 30 hari dan bla bla bla bla, yang sdh dianggap wajin
"Emangnya kucing apa, mati terus dikubur nggak di ngajiin nggak di tahlilin" itu salah satu ucapan dari ustad senior di kampung ane gan , biasanya kata itu berlaku atau di ucapkan secara ketus buat ahli mayat yang beruang.

Setelah di kubur maka budaya atau kebiasaan yang di wajibkan dengan dalih agama adalah tahlilan , setiap tahlilan minimal  si ahli mayat mengundang 3-7 Ustad dimana untuk ustad tersebut biasanya sdh di patok 100 RIBU - 150 RIBU/ kedatangan belom lagi si ahli mayat harus menjamu, snack, buah dan laen laen. buat makan para tamu yang datang. baiaya per hari bisa 2 Juta Rupiah bahkan lebih. 

3. Ngajiin Kuburan , 1-7 hari
Nah ini dia gan ritual yang bikin ane Kesel Waktu nenek Gw Meninggal . Si Ustad senior meminta ane  untuk melakukan pengajian selama 7 Hari  tidak berhenti, apa coba maksudnya.

Tadinya ane tau bahwa ritual itu adalah yang biasa di lakukan,  ane sdh bilang si ustad junior  bahwa yang ngaji dikuburan anak cucu nya saja, lalu ternyata saya di panggil sama ustad junior di beri arahan bahwa anak nya dan cucunya bisa mendoakan si mayat kapan saja,  jadi karena si mayat meninggalkan lumayan banyak harta kata si ustad senior wajar kalau di kuburan di ajikan selama tujuh hari dengan peserta ngaji Para Ustad Senior , tadinya saya tidak berfikir biaya yang di timbulkan Tenyata setelah Hari Ke-7 Saya di minta 9.500.000 Untuk jasa pengajian tersebut. Kalo orang yang tidak berharta tidak di ngajikan , mereka  para ustad lokal tutup mata dan tutup kuping.

4. NGUBURIN 

Awass biaya nguburin di jakarta mahal, kalo nggak bawa pulang kampung ataw hanyutin aja,hehehehe

Bersyukur si mayat yang mempunyai tanah yang di khusukan untuk pemakaman, atau mampu membeli tanah di Pemakaman Umum.

itu yang ane sering denger dari para pejabat di daerah ane.


Itulah realita kejamnya kehidupan di Kota (Jabodetabek)

Toh doa yang di terima adalah doa anak dan keturunan si ahli mayat , Bukan Doanya dan Ngajinya Si Ustad Senior dan Junior.

Yah Hikmahnya kita dapat pahala dari kasih makan dan kasih ampau para peserta tahlil dan ustad senior dan ustad junior.

Maaf yach ini pengalaman pribadi ane , kalo ada yg tersinggung maaf yach...
tersinggung dengan tulisan ane boleh kok ane di bully mudah mudahan dengan bullyan dari agan ane bisa jadi artis hehehehehehe

Salam hormat
Rahmat
24 November 2014

No comments:

Post a Comment

LEIDEN IS LIJDEN: BELAJAR LEADERSHIP DARI KELUARGA KECIL IBRAHIM A.S

  Hisahito Rahmat Dakwansyah Ketika kita bicara kepemimpinan, pikiran kita sering melayang pada sosok yang memimpin negara, memenangi pepera...