Rekayasa Di Balik Kesuksesan Go-jek
Go-jek.
Gojek
Sebuah badan usaha yang mensinergikan bisnis transportasi, Kirim Mengirim
Barang, dan dalam waktu dekat Gojek akan menambah ranah bisnis Ke Kendaraan
Roda empat yaitu akan memkoordinir para
sopir Mobil sewaan yang berbasis jasa Angkut dan Pengantar barang, dengan
schame pembayaran sama dengan Gojek Roda 2 .
Sebuah
trobosan bisnis yang cukup Cerdas, diera ekonomi yang cukup mencekik, lapangan
pekerjaan yang sulit di dapat, pendapatan yang mulai terasa kurang dari
kebutuhan. Gojek adalah salah satu solusi bagi masyarakat menengah kebawah
sebagai salah satu penopang ekenomi yang di harapkan, gojek juga salah satu
transportasi alternative bagi mereka yang sangat menghargai waktu di antara
padatnya jalan-jalan di Jabodetabek.
Buat
kamu yang tinggal di kota Jakarta, terlebih di kawasan Jakarta Selatan, tentu
tidak asing dengan kata yang satu itu. Go-jek. Bahkan, ketika menyebutnya, bisa
jadi kamu langsung membayangkan pengendara-pengendara motor berseliweran
mengenakan jaket dan helm hijau bertuliskan “Go-jek”.
Tidak
usah malu, saya pun langsung membayangkan nya setiap kata Gojek saya dengar
atau sebut. Memang,
brand awareness yang luar biasa sudah berhasil dilakukan oleh Gojek. Kita harus
akui itu. Namun, sudah kah kamu tahu bahwa ada rekayasa-rekayasa dibalik cerita
sukses Gojek belakangan ini ?
Rekayasa
yang saya maksudkan disini adalah rekayasa sosial (Social Engineering) yang
Gojek lakukan di masyarakat. Gojek berhasil mendesain, menerapkan, merekayasa
tidak hanya sudut pandang sosial namun juga gaya hidup bertransportasi
masyarakat. Baik itu para driver nya, maupun para pengguna jasa Gojek. Sebuah
rekayasa yang, berani saya bilang, jeniu.
Saya
melakukan riset lapangan langsung dengan berinteraksi dengan para driver Gojek.
saya mengajak mereka bicara, berdiskusi, mendengarkan semangat dan harapan
mereka. Saya menyadari, bahwa berkat rekayasa yang diterapkan, ada
senyum-senyum mengembang orang-orang baik ini.
Berikut
saya paparkan fakta-fakta nya
Fakta
1: Mekanisme pendaftaran Gojek
Buat
kamu yang tertarik mendaftar jadi Gojek Driver, ada beberapa persyaratan khusus
yang harus dipenuhi. Dari segi administrasi misalnya, calon driver harus
membawa foto kopi SIM, STNK dan Kartu Keluarga ke salah satu kantor Gojek yang
berlokasi di Jalan Bangka Raya, Jakarta Selatan. Setelah melengkapi
administrasi, kemudian dilakukan pengecekan kondisi fisik motor lalu tes
wawancara.
Kemudian
setiap calon driver akan menjalani training, diantara nya soal penggunaan
aplikasi Gojek Driver dalam smartphone, pelayanan pelanggan, hingga safety
riding.
Selepas
itu, jika diterima, akan langsung dilakukan penandatanganan kontrak. Jaket dan
helm pun akan dipinjamkan. Untuk masker dan hair cover dapat diambil di kantor
Gojek di Wolter Monginsidi, sedangkan handphone di kantor Gojek di jalan
Ciasem.
Sungguh
rekayasa sosial yang begitu santun telah dilakukan oleh Gojek. Tidak hanya
mengedukasi para calon driver agar tertib administrasi, Gojek juga memberikan
value terhadap para driver mengenai teknologi, customer service, hingga
keselamatan berkendara.
Fakta
2: Tidak semua Gojek driver sebelumnya adalah tukang ojek
Awalnya
saya juga mengira begitu. Namun, 3 dari 3 Gojek driver yang menjadi narasumber
tulisan ini ternyata tidak pernah ngojek sama sekali sebelum bergabung dengan
Gojek
Saya
ikut Gojek awalnya karena mau dapet penghasilan buat biaya skripsi saya, Mas.
Gaenak minta sama ibu soalnya saya nambah 1 tahun kuliah nya. – Kata bang Andi,
Gojek yang ternyata adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ekonomi
Universitas Pancasila
Awalnya
saya Debt Collector, nagihin hutang kartu kredit, tapi sekarang mah yang
ditagih malah lebih galak. Lagipula, saya kasihan sama anak istri saya. Bulan
Juni ini saya rencana mau resign dari pekerjaan nagih hutang saya. – Kata pak
Syahrul, Gojek saya sewaktu ke mal ambassador. Selama perjalanan entah berapa
kali beliau mengucapkan terimakasih kepada Gojek atas perubahan yang diberikan.
Beliau bahkan mengaku berkat Gojek, tahun ini bisa membelikan baju baru untuk
anak istri
Saya
Gojek cuma malam, Mas. Kalau pagi sampai siang, saya jualan gas. Yah, lumayan
mas, cari-cari 100 ribu juga malem di Gojek dapet. Hitung-hitung buat jajan
anak. – Kata mas Yono, Gojek saya dari Pondok Labu ke Mampang malam itu.
Di
kemudian hari saya juga berkenalan dan mendengar cerita bahwa ada Gojek driver
yang berprofesi sebagai karyawan swasta, sopir pribadi, hingga ibu rumah
tangga.
Selepas
saya turun dari Gojek, pak Syahrul mengajak saya untuk ikut serta menjai driver
Gojek. Tawaran yang cukup menggugah. Hehe.
Fakta 3: Konversi per kilometer Gojek adalah 4 ribu rupiah
Ini
yang menyebabkan tarif Gojek menjadi lebih murah dari tarif ojek pangkalan. Di
Gojek, tarif perkilometer sudah distandarkan. Di ojek pangkalan, tatacara
penetapan tarifnya tidak jelas. Orang Jawa sering bilang tarifnya ” Mukul “.
Ada yang secara kasar malah bilang tarif nya preman.
Pengalaman
saya, selisih tarif antara Gojek dan ojek pangkalan bisa mencapai 15 ribu
rupiah. Sayang sekali, semenjak saya merasakan naik Gojek, saya tidak pernah
lagi menggunakan jasa ojek pangkalan.
Saya
adalah manusia yang masih manusiawi, manusia yang juga realistis dan ekonomis.
Mungkin, begitu juga dengan puluhan ribu pengguna layanan Gojek.
Fakta
4: Gojek berhasil meningkatkan pendapatan para pelakunya
“Ternyata
lebih dari 70 persen waktu kerja tukang ojek hanya menunggu pelanggan, ditambah
kemacetan Jakarta.”
Itu
adalah pernyataan yang dikeluarkan CEO Gojek, Nadiem Makarim.
Memang
benar, dengan adanya Gojek, para driver tidak perlu (melulu) ada di pangkalan.
Mereka cukup memantau aplikasi Gojek yang dimiliki jika ada customer yang minta
di jemput-antar. Karena tidak perlu mengetem, mangkal, maka driver Gojek
memiliki efisiesnsi waktu, yang pada akhirnya meningkatkan potensi pendapatan.
Dengan
begitu pula, para Driver dapat pula memanfaatkan waktunya mengerjakan hal lain.
Semisal mas Andi yang berkuliah, atau mas Yono yang menjadi agen gas itu. Bisa
juga misalnya mengasuh anak, menemani istri, hingga berwirausaha.
Dari
hasil penelususan, pak Syahrul yang sebelumnya Debt Collector itu, memiliki
pendapatan hingga 8 juta/bulan. Syukurlah.
Fakta
5: Untuk setiap 10 customer, Gojek Driver akan mendapatkan bonus
Saya
strategi nya sih, kalau pagi-siang saya ambil yang deket-deket dulu. Kalau
langsung ngegas yang jauh, kita udah keburu capek. Nah, kalau malam, lumayan
dah tuh 2-3 kita bisa dapet. – Kata pak Syahrul. Beliau mengaku bonus yang
ditawarkan adalah 50 ribu rupiah.
Inikah
alasan kenapa para driver Gojek tampak begitu bersemangat dan bahagia ?
Cerita Gojek
Cerita Gojek
Kebahagiaan
Gojek Driver
Fakta
6: Uang dibayar perbulan adalah mitos, kenyataannya uang hasil ng-Gojek bisa
diambil harian
Dari
salah satu tulisan artikel yang saya baca (saya lupa, kalau tidak salah di blog
seseorang/kompasiana) , disebutkan disitu bahwa salah satu keengganan ojek
pangkalan bergabung ke Gojek, selain karena “alergi dengan teknologi”, adalah
karena penghasilan dari Gojek baru bisa diambil bulanan seperti orang gajian
kantoran.
Penulis
artikel itu ternyata salah atau setidaknya kurang dalam melakukan riset.
Faktanya
adalah, setiap penghasilan yang didapatkan oleh driver Gojek, langsung di debit
kan ke rekening driver masing-masing. Bank yang digunakan adalah bank CIMB
Niaga. Dan driver dapat mengambilnya secara harian mana suka. Pembagian
keuntungannya adalah 80 untuk driver dan 20 untuk manajemen Gojek.
Fakta
tersebut saya dapatkan dari cerita langsung para driver Gojek, tentu saja.
(UPDATE,
Dari Timotius Aswin : Saya cuma bs kasih info kenapa CIMB Niaga. Hal ini
dikarenakan CIMB Niaga punya produk namanya rekening ponsel, yang mana
menjadikan nomor hp sebagai rekening. Hal ini mempermudah kinerja driver gojek,
jadi ga perlu bawa atm. Mau ambil duit tinggal ke atm cimb terdekat, kirim sms,
dan uang bisa diambil melalui mesin atm. )
Fakta
7. Smartphone yang digunakan dan provider seluler
Kedua
hal ini mungkin sering luput dari para pengguna layanan Gojek dan memang
terkesan sepele: jenis smartphone dan provider seluler yang digunakan para
Gojek driver adalah seragam.
Untuk
smartphone, mereka menggunakan smartphone bermerek ZTE. Smartphone ini mereka
angsur sebesar 7 ribu rupiah selama 100 hari atau 50 ribu rupiah selama
seminggu hingga mencapai harga 700 ribu rupiah. Smartphone ini diberikan di
awal ketika seseorang resmi menjadi Gojek Driver.
Sedangkan
untuk provider layanan seluler nya, mungkin banyak orang tidak sadar bahwa
seluruh nomor Gojek driver yang digunakan untuk menghubungi pelanggannya adalah
nomor dari provider SimPATI. Nomor tersebut diberikan bersamaan dengan smartphone
ZTE dan langsun diberi modal pulsa sebesar 100 ribu.
Saya
pribadi masih belum menemukan jawaban kenapa harus menggunakan ZTE dan SimPATI
? Kenapa pula harus menggunakan layanan bank CIMB Niaga ?
Dugaan
saya adalah terkait kerjasama investor antara Gojek dengan ketiga pihak
tersebut. Walaupun memang sampai sekarang, Gojek belum memberikan keterangan
resmi terkait siapa investor mereka. Layak kita nanti.
No comments:
Post a Comment